Sidiktipikor.com,palu-Di tengah dinamika politik dan pemerintahan, masih ada pandangan sempit yang menempatkan jurnalis seolah-olah sebagai musuh pemerintah. Hal itu muncul ketika pemberitaan media mengungkap sisi gelap kekuasaan: praktik korupsi, penyalahgunaan wewenang, hingga kebijakan yang merugikan rakyat. Pemerintah atau pihak tertentu kerap merasa disudutkan, lalu menuding jurnalis sebagai lawan.
Padahal, hakikat keberadaan jurnalis bukanlah untuk bermusuhan dengan penguasa, melainkan untuk menjadi penyeimbang. Jurnalis adalah mata rakyat yang melihat, telinga rakyat yang mendengar, sekaligus suara rakyat yang berbicara. Tugas jurnalis adalah memastikan bahwa publik tidak buta oleh propaganda dan tidak tuli oleh bisikan kepentingan.
Tatapan Tegas Bukan Kebencian
Banyak yang salah mengartikan sikap kritis jurnalis sebagai kebencian. Padahal, tatapan tegas yang tampak pada wajah seorang jurnalis adalah refleksi dari tanggung jawab moral. Di balik keberanian bertanya dan menyuarakan kritik, tersimpan keyakinan bahwa kebenaran harus diperjuangkan.
Najwa Shihab pernah menegaskan, “Jurnalis bukan musuh, ia adalah penuntun jalan agar masyarakat tidak tersesat dalam kabut propaganda.” Inilah hakikat profesi jurnalis: menyibak kabut demi hadirnya terang.
Kewajiban Negara untuk Melindungi Jurnalis
Dalam menjalankan tugasnya, jurnalis kerap menghadapi risiko besar: ancaman fisik, tekanan politik, hingga kriminalisasi. Karena itu, perlindungan terhadap jurnalis adalah keharusan. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers jelas menegaskan bahwa jurnalis memiliki kebebasan pers sebagai bagian dari hak asasi manusia.
Mochtar Lubis, salah satu maestro pers Indonesia, pernah berkata, “Pers yang bebas adalah nafas bagi demokrasi.” Maka, ketika jurnalis ditekan, sesungguhnya demokrasi yang tercekik.
Musuh Sesungguhnya
Jika ada yang merasa jurnalis sebagai musuh, sesungguhnya bukan jurnalis yang harus dipertanyakan, melainkan pihak yang takut pada kebenaran. Sebab, jurnalis hanya menjadi “musuh” bagi mereka yang menjadikan kebohongan sebagai kawan, dan menempatkan kezaliman sebagai jalan.
Negara yang sehat adalah negara yang memberi ruang bagi kritik. Pemerintah yang kuat adalah pemerintah yang tidak alergi terhadap sorotan media. Demokrasi yang kokoh adalah demokrasi yang melindungi jurnalis, bukan membungkamnya.
Penutup
Jurnalis tidak pernah berniat menjadi musuh pemerintah. Ia hadir sebagai mitra kritis, penjaga kebenaran, dan pengawal demokrasi. Jika pemerintah mampu melihat jurnalis dengan perspektif yang benar, maka keduanya akan berjalan berdampingan: pemerintah mengelola negara, jurnalis mengawasi dan menyuarakan nurani rakyat.
Pada akhirnya, jurnalis hanyalah musuh bagi mereka yang takut pada kebenaran.